March 13, 2013

I found a motivation through Buku Sejarah.

"Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggaraan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya".
Soewardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara)
Kutipan surat kabar De Expres, 13 Juli 1913.

Jujur, saya bergetar baca kutipan ini. Di usia yang waktu itu baru 24 tahun, beliau berani menulis ini. Berkontribusi luar biasa. Rela ditangkap, bahkan. Saya malu, saya belum bisa berbuat apa apa. Bahkan, hanya tinggal belajar saja saya masih dikelilingi rasa malas. Padahal kalau berbalik ke tahun 19-an awal, para pemuda masa itu semangat memperjuangkan persatuan nasional. Miris ya, melihat anak muda jaman sekarang yang hedonis dan cuma tau senang. I can't imagine how it feels to him if  he was still alive.

Sadar nggak sih, beliau sebenernya juga yang bisa bikin kita kayak sekarang. Seneng seneng, sekolah gampang, nggak perlu kucing kucingan sama pemerintah kolonial. Ki Hajar Dewantara, Douwes Dekker, dan Cipto Mangunkusumo adalah segelintir manusia hebat yang (sepertinya) terlupakan sama remaja generasi sekarang. Saya kemudian berpikir, jika saya hidup di masa itu, beranikah saya melakukan apa yang mereka lakukan? Akankah saya bisa membuat perubahan, membantu menciptakan sebuah pergerakan nasional? Dan yang saya temukan adalah, jika mental saya seperti ini, seperti remaja remaja saat ini, tidak mungkin saya bisa seperti mereka.

Banyak orang yang mengelu-elukan Soekarno, but I'd rather want to meet them (Tiga Serangkai) if I could than Ir. Soekarno. Kenapa? It's actually because, I've been inspired by them with all those arousing actions and so, they weren't an orator. They spoke with their actions. Without any pupose but unify all of us among the colonialists.

Thanks for inspire me.